LULUH

 

By : A'idah Nada Nabilah dan Aulya Hasita




Hai, namaku Stela dan masih berumur 15 tahun. Setelah memendam rasa kepada seseorang selama 3 tahun, akhirnya dia mengetahui perasaanku yang sesungguhnya. Walaupun aku belum pernah mengatakan bahwa aku suka dengan dia. Dia menolakku secara mentah-mentah, bisa kulihat dari gestur tubuh dan cara bicaranya kepadaku. Semua berubah drastis, yang awalnya humoris berubah menjadi sinis. Penolakan yang kualami tak bisa aku lupakan hingga sekarang. Perkataannya yang tajam membuat hatiku tak kuat untuk menahan. Hingga aku memutuskan untuk pergi jauh dari kehidupannya.

Aku mulai menutup hatiku rapat-rapat. Menatanya seperti sediakala. Namun apalah daya, hati yang patah tak akan sama lagi seperti semula. Aku hanya bisa bersabar menjalankan prosesnya. Aku selalu berdoa agar sakit ini segera dilenyapkan. Semakin dilupakan rasa itu semakin meluap-luap. Setiap malam diiringi dengan kesunyian, rasa itu selalu datang. Membuat hatiku yang sudah tertata menjadi hancur berantakan. Meskipun begitu, lama-lama hati ini sudah terbiasa dan tak ada lagi air mata.

Aku memulai kehidupan baru, di lingkungan yang baru, dengan orang yang baru pula. Energi positif mulai mengalir di tubuhku. Mulai hari ini aku berniat untuk berpikir tentang masa depanku saja. Tak ingin lagi berdekatan dengan yang namanya cinta. Tapi entah apa yang direncanakan oleh Tuhan. Setelah masuk lingkungan itu, beberapa laki-laki bergantian ingin mencoba mengetuk hati. Pertahanan hati yang kuat, membuat aku sulit untuk didapat.

Aku punya 2 orang teman laki-laki, Namanya Damar dan Makky. Mereka berdua selalu menghiburku, memberi saran, dan menjagaku setiap waktu. Damar merupakan orang yang memiliki sifat terbuka, optimis, dan ribet. Sedangkan Makky, dia memiliki sifat tertutup, konyol, tapi sederhana. Kita bertiga selalu berbagi dengan apa yang kita punya. Diantara mereka aku paling dekat dengan Makky, entah mengapa rasanya lebih nyaman.

Suatu hari, seseorang datang tanpa diundang. Dia mencoba meluluhkan hatiku, tapi tak mampu. Dia adalah Andi. Sejak awal bertemu dengannya, aku merasa risih. Sifatnya yang suka cari sensasi, sombong, dan cerewet membuatku tak tahan jika berada didekatnya. Aku memberanikan diri untuk mengatakan bahwa aku tidak suka padanya dan aku punya pasangan, padahal tidak punya. Akhirnya dia menjauh dariku walaupun sesekali masih tebar pesona kepadaku, tapi aku tidak tertarik sama sekali.

Setelah Andi pergi, ada seorang teman Damar bilang kepada Damar kalau dia suka kepadaku. Dia bernama Yusuf. Setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh yusuf, damar segera menghubungiku. Damar berinisiatif untuk mencoba mendekatkanku dengan Yusuf agar ada yang mengisi kekosongan hati, menerangi kegelapan, dan membuatku tidak merasa galau. Dia mengatakan semua yang dikatakan oleh Yusuf kepadaku dan Makky. Makky tertawa geli ketika mendengarnya. Makky pula menyuruhku untuk mencoba berinteraksi kepada Yusuf, suka atau tidak, keputusannya kembali lagi kepadaku.

Mendengarkan omongan dari mereka akhirnya aku mencoba untuk mengenalnya terlebih dulu. Setelah 2 bulan, aku mendapatkan gambaran tentang karakter dari Yusuf. Dia seseorang yang possesif, mudah marah, namun baik hati. Aku merasa tidak cocok dengannya. Sehingga aku memutuskan untuk berteman saja. Damar dan Makky merasa lega, karena aku tidak terjerumus dengan cinta yang mengekang. Aku pun merasa lega karena aku bisa menghindari sakit hati lagi.

Selain mereka berdua masih banyak lagi yang datang menghampiriku. Ada yang sekedar ingin mengenal. Ada yang ingin dekat. Ada yang tiba-tiba membenciku, aku tak tau apa masalahnya denganku. Aku memilih untuk mengabaikan mereka dan kembali fokus pada tujuanku.

Saat aku dan Makky bercanda tawa dikantin sekolah. Ada seseorang yang bertubuh tinggi, rambutnya hitam dan lurus, matanya coklat dan sipit menghampiri kita. Dia ikut duduk dan makan bersama. Ternyata dia temannya Makky. Dia bernama bintang. Dia mengajakku berkenalan dan berbincang-bincang. Aku merasa nyaman dengan obrolannya, tanpa kusadari aku memberikan nomor handphoneku kepadanya. Pada saat itu aku bisa melihat kalua dia memiliki sifat yang humoris, mudah bergaul, dan berbakat. Sudah setengah jam berada disana, bel masuk pun berbunyi. Sehingga kita harus Kembali ke kelas masing-masing.

Setelah pertemuan itu, aku dan bintang mulai dekat. Setiap hari kita saling berkirim pesan, baik itu soal pelajaran, bercanda, ataupun cerita tentang diri kita masing-masing. Tak terasa hal ini menjadi kebiasaan kita selama 3 bulan. Selama 3 bulan itu aku mengetahui sifatnya yang asli, keluarga, masa kecil, kebiasaan sehari-hari, dan tanggal ulang tahunnya. Aku bisa menyimpulkan sifat lain dari dirinya adalah mandiri, bertanggung jawab, bisa mengayomi, dan rajin. Selama berkenalan dengannya sifat ataupun kebiasaan tidak ada yang berubah. Hatiku merasa mulai luluh, tenang, dan nyaman terhadapnya.

Kedekatanku dengan Bintang belum diketahui oleh Makky dan Damar, karena masih ragu. Saat itu aku belum tau bagaimana perasaan aku kepada Bintang, apakah ini hanya sekedar suka atau sudah menjadi cinta, dan bagaimana perasaan Bintang kepadaku selama ini. Aku tak ingin menyakiti hatiku dengan ekspetasiku sendiri tanpa mengetahui bagaimana realitanya. Setelah bertanya-tanya dengan diriku sendiri, ternyata di hari ulang tahun bintang semua pertanyaan itu terjawab.

Bintang menyatakan cintanya kepadaku dan ingin menjadi pacarku. Dia mengatakan alasan dia menyukaiku. Penjelasan yang dia berikan menyentuh hatiku, membuatku ingin menangis. Tapi hati ini masih merasa takut untuk jatuh cinta. Aku menjelaskan kepadanya bahwa aku juga mencintai dia, dibalik itu aku juga memberitahu tentang perasaan takut patah hati lagi karena cinta. Dia berusaha untuk meyakinkanku dan memendam rasa kecewanya. Aku masih belum menjawab pertanyaannya dan dia menyadari peasaanku dan memberikan waktu untukku.

Setelah kejadian itu aku merasa dilema. Aku menceritakan semua kejadian kepada Makky dan Damar. Aku meminta saran dari mereka. Mereka memberiku penjelasan dan gambaran yang jelas mengenai apa yang harus aku lakukan agar aku tidak menyesal dengan apa yang akan aku pilih. Dikatin sekolah ada beberapa penjual yang mengenal dekat sosok bintang. Entah bagaimana dia mengetahui kalau aku dekat dengan bintang. Mereka mengatakan semua hal yang mungkin belum banyak orang tau tentang bintang. Hal itu membuatku yakin akan keputusan yang aku buat.

Pada akhirnya aku menghubungi Bintang. Aku mengatakan bahwa aku ingin bertemu dengannya dan menjawab pertanyaannya. Bintang setuju, hal ini yang dia tunggu selama beberapa hari. Saat bertemu aku mengatakan pada bintang bahwa aku menyukainya, tapi bukan berarti aku mau membuat hubungan pertemanan ini menjadi hubungan pacaran. Setelah menyandang status pacaran belum tentu hubungan itu bisa berjalan dengan baik. Apalagi ketika kita bertengkar dan putus, bisa jadi hubungan yang baik itu akan menjadi lebih buruk. Aku tidak ingin itu terjadi, aku tidak ingin kehilangan bintang. Meskipun tidak bisa bersama setidaknnya hubungan ini tidak rusak. Dengan kesimpulan bahwa aku menyukainya tetapi aku menolak untuk berpacaran. Mendengar penjelasanku Bintang dapat memahaminya dan mengerti apa yang aku maksud. Bintang setuju untuk menjalankan cinta dengan status teman namun saling memiliki.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUMUMAN LOLOS TAHAP INTERVIEW 2020

Berita Acara Kajian Fotografi dan Videografi 2023 UKM IKPAN UINSA

Talkshow edukasi bersama BNNP JATIM