KARTINI MASA KINI

 

                                                                BY: SITI NUR HAYATI




Pagi itu seperti biasa Ayu Kartini melakukan kegiatan sehari-hari nya di halaman rumahnya ia menjemur pakaian yang baru selesai dicuci di bawah terik matahari, dengan didampingi suara ocehan burung love bird yang berpasangan di 2 sangkar yang berbeda. Dengan suara gesekan ranting pepohonan nan rindang di depan rumah dan semilir angin yang berhembus mesra dan terasa sejuk matahari pun mulai semakin keatas dengan sinar cerahnya dan rasa panas yang mulai terasa dan menerpa tubuh.

Menyaksikan pagi hari ini Ayu Kartini terus memandang awan di langit yang cerah dan burung-burung yang terbang bebas diangkasa, kemudian ia mengalihkan pandangan ke dalam sangkar burung love bird milik ayahnya yang tampak berceloteh di dalam sangkar. Kemudian ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan sambil menutup matanya. Namun dalam hatinya ia diliputi rasa kesedihan, ketakutan, dan kekhawatiran entah rasa apakah itu yang saling bercampur aduk dalam hatinya.

Raden Ajeng Roro Ayu Kartini iya itulah gelar sekaligus nama panjangnya. Saat ini sudah menginjak usia 17 tahun, namun meskipun demikian ia hanya seorang gadis muda yang mulai beranjak usia dewasa yang hanya lulusan sekolah SMP. Dan untuk saat ini yang ditunggu hanyalah sebuah lamaran dari seorang lelaki yang mau menikahinya, itulah harapan orang tuanya. Namun ia berbeda dengan orang tuanya walaupun ia hanya seorang gadis muda lulusan SMP ia masih ingin meneruskan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMA dan sampai ke Universitas. Namun sebuah realita tak sesuai ekspektasinya, di usianya yang sekarang sudah 17 tahun seharusnya anak-anak seusianya sudah kelas 3 SMA. Namun apalah daya ia, Ayu Kartini hanyalah seorang anak gadis dari sepasang Raden Mas Adi Cokro dan Raden Ayu Roro Pitasari. Ya.. begitulah nama lengkap sekaligus gelar dari orang tua Ayu Kartini.

Ayah dan ibunya yaitu Adi Cokro dan Pitasari yang masih memiliki hubungan kerabat jauh diantara keduanya, dan kemudian menikah dan dikaruniai seorang putri tunggal yaitu Ayu Kartini. Mereka berdua yang diyakini masih keturunan darah biru yang tinggal di desa di suatu daerah yang mana dalam satu desa tersebut masih membawa adat dan tradisi masa lalu terutamanya adat dan tradisi peninggalan kerajaan pada masa lalu.

Adat dan tradisi keluarga serta masyarkat di desanya lah yang mengekang dirinya. Hampir semua anak-anak gadis di desanya tidak merasakan tingginya jenjang kursi pendidikan. Hanya sebatas lulusan SD itulah pendidikan terakhir bagi anak gadis di desanya, sedangkan anak laki-laki bisa merasakan pendidikan sebatas SMP dan sangat jarang jika sampai pada masa tingkat SMA.

Namun Ayu Kartini yang hanya lulusan SD saat itu terus memaksa dan bahkan berani membantah orang tuanya karena ia ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi yaitu tingkat SMP. Dan alhasil akhirnya orang tuanya pun mengalah untuk dirinya, hingga akhirnya ia disekolahkan di salah satu SMP yang berada di pusat kecamatan. kenapa tidak dalam satu desa, yaitu desa tempat tinggal Ayu Kartini hanya ada satu sekolah yaitu sekolah tingkat SD dan itupun sekolahnya sudah mulai terbelakang dan banyak fasilitasnya yang sudah mulai rusak. Lagipula di dekat desanya juga tidak ada sekolah setingkat SLTP karena banyak masyarakat di desa itu yang menganggap bahwa pendidikan bukanlah yang utama terutama bagi anak gadis, sedangkan bagi anak laki-laki pendidikan tertinggi adalah masa sekolah SMP dan itupun hanya ada satu sekolah SMP yaitu berada di pusat kecamatan.

Saat ini ia sudah lulus dari sekolah tingkat SMP sejak 2 tahun yang lalu. Betapa ia tidak sedang bersedih saat ini melihat banyak teman- teman SMP nya terus melanjutkan ppendidikan ke tingkat SLTA bahkan tahun depan teman-temanya mungkin sudah lulus SLTA dan mungkin juga ada yang melanjutkan ke tinngkat Universitas. Betapa dirinya tidak merasa iri dan sedih pada teman-temannya dan anak-anak seusianya yang bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA dan bahkan ke tingkat Universitas. Bahkan merekapun juga rela jika pergi meninggalkan jauh dari rumah ke luar kota hanya untuk melanjutkan kuliah, kemudian merasakan indahnya dunia luar, merasakan apa itu yang namanya KKN kemudian hidup mandiri bersama dengan teman-temannya dan jauh dari orang tua. Itulah yang ia masih ingat saat ia masih besekolah di SMP di pusat kecamatan, yang saat itu ada bebrapa anak-anak muda laki-laki dan perempuan yang juga sedang melakukan KKN dan sedang mengajar dan berbagi cerita di sekolah SMP Ayu Kartini.

       Ia begitu sangat ingin melanjutkan lagi sekolah ketingkat SMA dan bahkan ia ingin melanjutkan untuk tingkat kuliah. Namun apalah daya ia, keluarga dam masyarakat desanya yang pemikirannya masih terbelakang masih menganggapa bahwa pendidikan itu tidak penting dan bukanlah yang utama apalagi bagi seorang gadis. Orang tua Ayu Kartini sangat melarangn keras keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA apalagi menuju bangku kuliah. Dulu saja ia hanya sebatas lulusan SD namun karena ia berani membantah orang tuanya jadinya orang tuanya pun mengalah dan menyekolahkan ia sampai tingkat SMP dan orang tuanya pun juga sudah memutuskan bahwa ia tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya lagi. Sama halnya dengan anak-anak gadis di desanya yang malah hanya lulusan SD dan bahkan ada sebagian juga yang tidak bersekolah hanya sebatas bisa calistung bahkan ada juga sebagian kecil yang tidak besekolah dan juga tidak bisa calistung. Betapa merasa menderitanya ia dan seluruh gadis-gadis di desanya yang tidak bisa merasakan pendidikan tinggi.

       Namun apalah daya memang begitulah keadaan di desanya yang pemikiran masyarakatnya termasuk juga orang tuanya yang masih terbelakang dalam hal pendidikan.

       Hari pun mulai beranjak siang dan kemudian malam, dan esok harinya ia terus melakukan rutinitas seperti biasanya. Di sore harinya ia pergi ke puskesmas di desanya untuk menebus obat neneknya yang kemarin lusa masih dipesankan oleh dokter puskesmas di apotek kecamatan. saat ayu kartini pulang dari puskesmas dengan mengendarai sepeda onthel milik ayahnya ia pulang menuju ke rumah, saat di perjalanan ia mengalamai musibah. Karena ia kurang fokus ia terjatuh dari sepeda onthelnya dan kemudian kaki kirinya karena terkena baut sepeda alhasil kaki kirinya jadi robek sepanjang 5 cm dan mengeluarkan banyak darah.

       “Aduh, sakiiit. Bagaimana ini ?,,” ayu kartini mengatakan sambil ingin menanngis, namun ia masih menahan tangisnya. Kemudian datanglah Yusril Ardi, tanpa basa-basi, ia langsung menenangkan ayu kartini dan segera menolongnya dengan mengggendongnya dan membawanya ke puskesmas.

       Setelah sekitar setengah jam. “bagaimana ? apakah masih sakit ?” ucap yusril ardi pada ayu kartini. Ayu kartini pun menjawab “sudah lebih baik sekarang, sudah mulai tidak sakit lagi. Mmm... terimakasih ya pak dokter atas pertolongannya. Saya tidak menyangka ternyata anda adalah seorang dokter di puskesmas ini”.

      “Sudah tidak apa jangan difikirkan, oh iya ngomongn-ngomong siapa namamu ? “ucap yusril ardi. “nama saya ayu kartini panggil saja Ayu”. Ucap Ayu Kartini. Nama saya Yusril Ardi kamu panggil saja saya Ardi, jangan panggil saya dokter”. Ucap Yusril Ardi.

       Setelah mereka saling berkenalan kemudian yusril ardi pun mengantar Ayu Kartini pulang ke rumah, dan ia pun juga sempat bertemu dan berkenalan dengan orang tua Ayu Kartini. Setelah dari rumah Ayu Kartini, Yusril Ardi pun pulang ke rumah kost milik pak lurah desa tersebut. Setelah sampai di rumah ia membersihkan dirinya, makan kemudian beristirahat untuk melepas penat setelah bekerja di puskesmas desa.

      Yusril Ardi adalah seorang mahasiswa kedokteran yang baru lulus kuliah fakultas kedokteran dan masih menjalani masa koas. Ia berasal dari kota dan sebenarnya masa koasnya pun telah selesai ia hanya mendapat tugas tambahan dari dosennya untuk menambah tambahan ilmu dan juga pengalaman dengan menjadi dokter tambahan di salah satu puskesmas di desa, sebelum ia benar-benar mengikuti ujian kelulusan dokter indonesia.

       Beberapa hari pun berlalu Ayu Kartini diam-diam pergi ke pusat kecamatan dan mendaftar sekolah SMA. Ia tau sebenarnya usianya sudah keinggalan jika ia mendaftar SMA, namun ia tidak peduli ia tetap ingin melanjutkan sekolah SMA. Hingga akhirnya ia nekat untuk mendaftar sekolah di sekolah SMA swasa di pusat kecamatan, ia sudah mempersiapkan ini selama sekitar 2 tahun yang lalu ia sudah memiliki uang yang cukup untuk biaya daftar sekolah SMA dan membeli seragan beserta beberapa bukunya. Setelah ia selesai mendaftar ia pun pulang ke rumah, kebetulan saat itu ayahnya sedang mengikuti acara kerja bakti desa kemudian mengikuti rapat desa dan sorenya ayahnya harus menghadiri acara kondangan ke desa sebelah bersama ibunya. Sehingga orang tuanya tidak akan banyak bertanya pada dirinya kenapa ia lama tidak pulang.

      Hingga akhirnya waktu masuk sekolah SMA pun telah tiba, Ayu Kartini sudah tidak bisa berbohong lagi pada orang tuanya ia pun menceritakan semuanya. Ayah dan ibunya sebenarnya sangat marah dan kecewa pada dirinya, namun Ayu Kartini sangat pandai merayu pada orang tuanya. Semarah apapun orang tua Ayu Kartini pada dirinya, mereka akhirnya pun mengalah pada Ayu Kartini dan mengiyakan permintaan Ayu Kartini untuk melanjutkan pendidikan SMA nya.

       Setiap hari Ayu Kartini berangkat dengan diantar ayahnya, dan terkadang ia berangkat sendiri dengan naik sepeda ayahnya. Sementara Yusril Ardi yang telah lulus mengikuti ujian kelulusan dokter indonesia ia sekarang sudah menjadi seorang dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di kota.

       Selama Ayu Kartini bersekolah SMA ia banyak memeperoleh pengetahuan dan wawasannya pun semakin luas, walau ia sering diminta oleh orang tuanya untuk berhenti sekolah namun ia masih saja terus membantah orang tuanya, tidak jarang juga jika dirinya harus bertengkar dengan orang tuanya. Namun meskipun demikian hal tersebut tidak sedikitpun mematahkan semangatnya untuk terus belajar dan meneruskan sekolah SMA nya hingga lulus. Kemudian tepat diusianya yang sudah 20 tahun ia sudah lulus SMA dengan hasil yamg memuaskan. Tekad Ayu Kartini untuk menuntut ilmu ke jenjang universitas pun makin membara, apalagi dulu waktu ia SMP ia pernah mendengar kisah RA. Kartini seorang wanita bangsawan putri bupati asal Jepara. Bahkan saat ia SMA ia juga telah membaca bukunya yang berjudul “habis gelap terbitlah terang”dan beberapa buku-buku lainnya. kemudian di SMA nya pun banyak guru-gurunya yang seorang wanita bahkan kepala sekolah SMA nya adalah seorang wanita dan terkadang ada juga ibu gurunya yang mengajar ke sekolah sambil membawa anaknya yang masih kecil.

       Melihat hal tersebut keinginan Ayu Kartini untuk terus melanjutkan pendidikan makin besar bahkan ia rela sampai menolak perjodohan yang telah direncanakan oleh ayahnya dan pernah sampai 2 kali ia harus menolak 2 laki-laki yang pernah datang ke rumahnya untuk melamarnya. Dirinya merasa kisah hidupnya seperti wanita yang diidolakannya yaitu RA. Kartini. Maka dari itu ia merasa ia harus bisa merubah sejarah setidaknya ia bisa merubah keadaan di desanya agar bisa seperti keadaan di dunia luar sana, terutamanya dalam hal pendidikan.

       Ayu Kartini berpikir “aku pasti akan bisa merubah sistem pendidikan di desaku ini, jika aku merasa kisah hidupku ini seperti RA. Kartini maka setidaknya aku harus bisa merombak sebuah sistem yanng sudah mendarah daging di desaku ini, aku harus bisa membuat setidaknya aku bisa amenyadarkan semua orang terutamanya para gadis dan para wanita di desa ini untuk semakin mengenal apa yang namanya pendidikan dan bagaimana pentinya pendidikan itu” , begitulah ungkapan Ayu Kartini dalam hatinya.

       Saat ini masih berusaha untuk mencari informasi tentang kampus mana yang akan ia tuju untuk dirinya kuliah nanti, namun ia sendiri juga bingung ia telah dilepas oleh orang tuanya, orang tuanya sudah tidak mau membiayai kuliahnya lagi, saat ini dirinya benar-benar dalam sebuah masalah yang rumit. Namun saat ia berada di perjalanan saat akan akan pulang ke rumah, dirinya masih sampai di kecamatan dan mampir ke warung untuk membeli sebotol minuman. Alangkah tak disangkanya ia bertemu dengan seorang laki-laki yang sudah tidak asing lagi baginya. Saat di warung ia bertemu dengan Yusril Ardi seorang dokter yang dulu pernah menolongnya. Kemudian mereka saling mengobrol dan berbincang lama mereka saling menceritakan kisah perjalan mereka masing- masing. Dan ternyata Yusril Ardi pun memberikan informasi tentang kampus yang ia cari dan bahkan di kampus itu juga ada banyak sekali beasiswa yang ditawarkan, dan sekarang ayu kartini pun sangat senang dan sedikit lega karena ia sudah memperoleh banyak informasi seputar kampus yang ia inginkan dan ia juga tidak bingung lagi untuk memikirkan biaya kuliahnya, apalagi ia menjadi salah satu lulusan terbaik di SMA nya.

       Setelah 2 bulan berlalu ia telah mendapat kabar bahwa ia telah diterima di kampus yang ia inginkan dan yang paling membuatnya sangat bahagia adalah ia juga telah diterima melalui jalur beasiswa jadi sekarang ia hanya tinggal kuliah, membeli buku dan tidak perluu lagi memikirkan masalah bianyanya.

       Sementara Yusril Ardi yanng saat ini sedang menempuh pendidikan dokter speseialisnya di kota. Ia masih terus mengingat wanita yang terakhir kali bertemu dengannya, yah.. siapa lagi kalau bukan ayu kartini. Entah mengapa dirinya tidak bisa melupakan ayu kartini ia justru makin kagum pada ayu kartini seorang wanita muda yang memperjuangkan pendidikan bagi dirinya, dan rela menentang orang tuanya untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi dirinya karena dengan anggapan bahwa semua orang itu baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesetaraan dalam segala hal terutamanya pendidikan. Hal itulah yang ia lihat dan hal itu juga yang pernah disampaikan oleh guru-gurunya semasa ia SMP dan SMA.

3 setengah tahun lamanya ia telah menjalani masa kuliahnya dan ia pun berhasil lulus dengan hasil cumlaude di jurusan ilmu ekonomi. Begitupun Yusril Ardi kini ia telah menjadi seorang dokter spesilalis di salah satu rumah sakit di kota. Hingga saat ini yusril ardi masih terus memikirkan seorang wanita yang ia anggap tidak hanya seorang wanita yang cantik namun ia juga adalah seorang wanita yang mandiri baik hati dan bahkan berani menetang orang tuanya untuk memperjuangkan pendidikan bagi dirinya. Siapa lagi wanita itu kalau bukan ayu kartini.

        Sementara Ayu Kartini yang telah lulus dari kuliahnya ia saat ini telah mendapatkan pekerjaan di kota sebagai guru pengajar mata pelajaran ekonomi di salah satu SMA swasta favorit di kota. Bukan hanya itu ia juga mendapatkan motor dari sekolah tempat ia mengajar dan bahkan saat ini dari gajinya itu bahkan sudah cukup untuk membantu perekonomian keluarganya.

       Namun berbeda dengan Ayu Kartini yang sangat senang akan cita-citanya yang telah tercapai. Ayah dan ibunya malah sedikit tidak senang, memang ayah ibunya sedikit bangga ia saat ini telah bisa memmbantu keuangan keluarganya. Namun ayah dan ibu Ayu Kartini sangat tidak senang karena di usia Ayu Kartini yang sudah mulai menginjak 24 tahun ini dirinya masih belum menikah. Berbeda dengan gadis-gadis lain di desanya yang kebanyakan hampir semua sudah menikah diusianya saat 15 tahun dan bahkan paling tua menikah diusia 21 tahun. Dan saat ini usia ayu kartini yang hampir 24 tahun tersebut banyak orang-orang didesanya yang sudah menganggapnya sebagai seorang perawan tua, namun ayu kartini tetap tidak peduli apa kata orang lain. Berbeda dengan Ayu Kartini yang tidak peduli akan hinaan orang lain, orang tuanya justru merasa sangat sedih dan kecewa padanya. Karena saat ini pemuda-pemuda didesanya juga sudah banyak yang menikah dan sekalipun ada yang belum menikah mereka tetap tidak mau melamar Ayu Kartini untuk dijadikan sebagai istri dikarenakan adanya anggapan di desanya bilamana ada seorang gadis yang sudah berusia diatas 20 tahun namun belum menikah maka ia dianggap sebagai perawan tua. Hal itulah yang membuat orang tua Ayu Kartini merasa sangat sedih.

      Setelah beberapa bulan ia mengajar,,, hari itu mendapat sebuah kabar tak terduga. Saat ini Ayu Kartini memang mengajar di sekolah SMA di kota dan hal itulah yang menyebabkan antara Ayu Kartini dan Yusril Ardi semakin sering bertemu. Hari itu tepatnya saat pulang sekolah sore ia bertemu dengan Yusril Ardi di restoran. Dan ternyata yang ingin dibicarakan Yusril Ardi ialah bhawa ia ingin melamar Ayu Kartini pada orang tuanya dan itupun jika Ayu Kartini menyetujuinya. Betapa alangkah kagetnya Ayu Kartini saat itu hingga dirinya susah untuk mengatakan jawabnnya. Hingga akhirnya Yusril Ardi dan ayu kartini pun memutuskan untuk tidak terburu-buru. Ayu kartini meminta waktu 1 minggu untuk memikirkan ini dan membicarakan pada orang tuanya. Dan Yusril Ardi pun mengiyakan permintaan Ayu Kartini dan akan menunggunya dengan sabar.

       Setelah 3 hari ia memikirkan jawaban untuk permintaan dari Yusril Ardi,, ia pun akhirnya menyetujui, karena memang jika dipikir-pikir ia sudah masuk usia pernikahan, orang tuanya pun ingin ia segera menikah, dan lagi yang tidak bisa dibohongi bahwa selama bebrapa bulan ini sejak pertama kali ia beretmu dengan Yusril Ardi setelah beberapa tahun terakhir tidak bertemu, bahwa dirinya memang sudah ada sedikit rasa terhadap Yusril Ardi. Dan saat ini waktu 4 hari yang tersisa ia akan memberitahukan pada orang tuanya bahwa ia ingin menikah dan akan segera dilamar jika orang tunya menyetujui.

       Setelah 1 minggu berlalu ia sekarang akan kembali bertemu dengan Yusril Ardi dan memberikan jawabannya. Dan alangkah senangnya Yusril Ardi ternyata keinginan untuk melamar Ayu Kartini telah diterimanya dan baik orang tuanya maupun orang tua ayu kartini pun juga sudah menyetujuinya.

       Dan 1 bulan kemudian Yusril Ardi dan orang tuanya pun datang melamar Ayu Kartini pada orang tuanya. Dan semuanya pun berjalan dengan lancar. Dan 1 bulan kemudian pun pernikahan mereka telah dilangsungkan, kini mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri.

       Alangkah betapa bahagianya mereka berdua terutama Ayu Kartini. Karena saat ini dirinya sudah tidak lagi dikatakan orang-orang desanya sebagai perawan tua, dan orang tuanya pun turut senang karena mereka tidak lagi mendengarkan perkataan orang yang buruk baik tentang dirinya maupun Ayu Kartini karena memiliki anak yang terlambat menikah sehingga dikatakan perawan tua dan bahkan ada juga yang mengatakan sebagai pembawa sial. Saat ini Ayu Kartini merasa lengkap sudah kehidupannya. Namun masih ada yang mengganjal dalam dirinya. Yaitu kondisi pendidikan di desanya. Ia pun menceritakan hal ini pada suaminya yaitu Yusril Ardi, dan Yusril Ardi pun sangat memahami perasaan ayu kartini dan sepenuhnya mendukung langkah apapun yang akan diambil oleh Ayu Kartini yang ingin mengentas pendidikan di desanya terutama untuk para wanita dan gadis-gadis muda.

Kemudian Ayu Kartini pun mengambil lanngkah seperti yang dilakukan R.A. Kartini yaitu menyekolahi dengan gratis para gadis- gadis muda dan para wanita baik yang sudah menikah ataupun belum dan baik yang sudah memiliki anak ataupun belum bahkan baik tua maupun muda. Awalnya ia banyak melakukan sosialisasi dan mengajak para wanita dan gadis-gadis muda dari rumah ke rumah, kemudian mereka tertarik dengan ajakan Ayu Kartini. Sehingga di rumahnya yang ada di desa selama 1 minggu 2 kali ia mengajar para wanita dan gadis-gadis muda. Ia tidak hanya mengajarkan calistung namun ia juga banyak memberikan kisah inspiratif yang membangun motivasi belajar mereka. Karena dengan anggapan kita semua sebagai seorang perempuan itu adalah tiang dari negara jika perempuan itu rusak maka rusaklah suatu negara. Dan perempuan akan menjadi seorang ibu, dan seorang ibu adalah tempat belajar pertama dan sekolah pertama, dan seorang ibu juga akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Dan juga akan membantu membimbing suami mereka jika mereka merasa kesulitan dalam perjalanan rumah tangganya. Begitulah anggapan Ayu Kartini dalam menyekolahi para wanita dan gadis-gadis di desanya.

Lambat laun ternyata banyak wanita dan gadis-gadis yang kagum akan pandangan hidupnya serta banyak pula orang-orang di desanya bukan hanya perempuan orang laki-laki pun juga kagum pada Ayu Kartini karena ia bukan hanya seorang wanita biasa yang hanya tau bersolet dan memasak. Namun dirinya adalah seorang wanita yang mandiri, cerdas, berpandangan jauh ke depan, dan memperdulikan orang lain terutama pendidikannya.

       Dan akhirnya lambat laun pikiran masyarakat di desanya Ayu Kartini pun mulai terbuka dan sedikit demi sedikit mulai menerima akan pentingnya pendidikan terutama bagi para wanita. Dan selang beberapa tahun pun akhirnya jarang ditemuukan seorang gadis yang menikah muda, dan mulai kebanyakan banyak diantara mereka yang mulai memperjuangkan pendidikannya. Yang awalnya pendidikan wanita adalah sebatas SD dan laki-laki sebatas SMP kini menjadi setara dan mulai banyak juga kini setidaknya para laki-laki dan perempuan muda di desanya yang meneruskan pendidikannya setidaknya sampai bangku SMA, dan ada pula sebagian kecil yang masuk ke Universitas.

       Kini kebahagiaan telah dirasakan Ayu Kartini. Betapa tidak karena selama ini cita-citanya telah tercapai dengan ia berhasil lulus kuliah kemudian menjadi seorang guru. Kemudian ia juga berhasil membuka pikiran masyarakat desanya untuk sadar akan pentingnya pendidikan ditambah lagi ia juga didukung oleh suaminya Yusril Ardi. Dan kini ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 nya. Begitulah kisah Ayu Kartini seorang R.A. Kartini masa kini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUMUMAN LOLOS TAHAP INTERVIEW 2020

Berita Acara Kajian Fotografi dan Videografi 2023 UKM IKPAN UINSA

Talkshow edukasi bersama BNNP JATIM