Ribuan Kilo Jalan yang Kau Tempuh

 

Oleh : Djendhar (Kader IKPAN '20)


Disini saya ingin sedikit menceritakan pengalaman masa kecil saya. Kebetulan besok bertepatan pada tanggal 21 April yaitu hari Kartini. Saya memiliki ibu yang merupakan seorang wanita karier. Pada saat saya balita hingga hampir lulus di jenjang sekolah dasar hampir setiap hari pada saat itu saya sendiri tanpa kehadiran seorang ibu karena pada saat saya bangun beliau sudah berangkat kerja dan pada saat saya beranjak tidur beliau baru perjalanan menuju rumah dari penatnya bekerja di kantor.


Saya duduk di bangku Sekolah Dasar  yang cukup jauh dari rumah, alih - alih orang tua ingin anaknya mendapatkan circle yang baik jadi saya disekolahkan di daerah pusat kota. Padahal rumah saya berada di perbatasan kota hingga sudah memasuki kota tetangga setiap berangkat sekolah saya selalu melihat sungai dan sebuah rambu yang menyilang nama kota tanda saya meninggalkan kota tersebut. Ibu saya juga seorang HRD di perusahaan taxi yang berada di ujung kota bagian timur dan rumah kami yang berada di ujung kota bagian barat pekerjaan ayah.  Ayah adalah seorang pengacara yang flexible meski ada sidang yang akan berlangsung pukul delapan.

Jadi, sebelumnya beliau mengantar saya dan ibu saya dahulu. Kadang kala pada saat menjemput saya selalu menunggu sangat lama di kantor UPTD tempat tante saya bekerja kebetulan kantornya tepat berhimpit dengan Sekolah Dasar saya.  Tante saya juga seorang wanita karier yang hingga saat ini tidak menikah untuk meniti kariernya ke jenjang yang lebih tinggi. Karena ada sepupu saya yang sudah kehilangan ibunya dari kecil sehingga dirawat oleh tante saya itu kembali ke cerita. Saya yang menunggu kehadiran ayah menjemput dengan terlambat karena selalu ada janji bertemu klien kadang saat tempat pertemuan dekat dengan SD saya diajak tetapi kadang pula saya tidak diajak jadi saya menunggu di kantor tante saya bahkan hingga larut malam. Mungkin begitulah pengalaman bisa dibilang pahit tetapi pada saat itu saya masih belum mengerti padahal semua orang disekeliling saya memiliki pengalaman yang lebih pahit dari saya terutama para wanita yang rela berjuang yang bukan untuk kepentingan dirinya sendiri melawan kesetaraan gender yang mengharuskan kaum hawa meratapi hidup dirumah saja. Tetapi semua itu ada hikmahnya seperti judul dari sebuah buku tulisan Ibu Kita Kartini yaitu "Habis Gelap Terbitlah Terang"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUMUMAN LOLOS TAHAP INTERVIEW 2020

Berita Acara Kajian Fotografi dan Videografi 2023 UKM IKPAN UINSA

Berita Acara Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) 2023 UKM IKPAN UINSA)